Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang berencana menghibahkan anggaran sekitar Rp5 miliar pada 2012 mendatang untuk pengembangan riset dan penelitian, meningkat dibanding tahun sebelumnya antara Rp1-1,5 miliar. "Dana sebesar itu belum termasuk anggaran penelitian dari fakultas," kata Rektor Undip Prof Sudharto P. Hadi, usai menggelar "Refleksi Akhir Tahun Peran Pendidikan Tinggi dan Media dalam Pendidikan Karakter Bangsa" di Semarang, Kamis (29/12).
Menurut dia, pengembangan riset merupakan keniscayaan bagi perguruan tinggi seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sejalan dengan Tridharma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Langkah penelitian dan riset, kata dia, salah satunya dituangkan melalui pembentukan pusat studi, dan Undip saat ini telah memiliki 14 pusat studi, antara lain bidang pembangunan, lingkungan, gender, kependudukan, dan kesehatan. "Ada usulan juga untuk membentuk pusat studi antikorupsi seperti di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Namun, kami masih mengkajinya, kan tidak harus meniru," katanya.
Akan tetapi, kata Sudharto, pengembangan riset, termasuk melalui pusat-pusat studi lebih disesuaikan dengan kebutuhan, seperti pembentukan Pusat Kajian Pancasila karena menyadari tidak ada sinkronitas antara konsep dan implementasinya. Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut, antara lain Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Komaruddin Hidayat dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Prof. Samsudi.
Senada dengan itu, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Komaruddin Hidayat menjelaskan, kampus memiliki beberapa fungsi utama, dan salah satunya adalah sebagai tempat untuk melakukan riset atau penelitian. Pada era otonomisasi daerah seperti sekarang, kata dia, kampus harus bisa mengambil peran aktif sebagai mitra pembangunan daerah, sebab kapasitas ilmu dan fasilitas riset sangat bermanfaat untuk membangun daerah. "Ilmu dan fasilitas penelitian bisa dikerjasamakan dengan pemerintah daerah untuk membangun daerah, baik secara moral maupun fisik. Dalam skala nasional, kampus juga harus menyumbangkan hasil pemikiran dan riset," katanya.
Namun, kata dia, kampus tidak boleh menjadi sangat pragmatis, melainkan perlu ada rasa kebanggaan, pemihakan, dan pembelaan untuk memajukan bangsa dalam percaturan global, seperti di Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. "Seperti di Singapura dan Korea Selatan. Seharusnya, ada semangat nasionalisme dalam dunia kampus untuk memenangkan persaingan dengan bangsa lain, baik dalam pengembangan iptek, ekonomi, dan kebudayaan," kata Komaruddin. (Ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar